Kamis, 12 November 2009

Superman Is Dead Pertahankan Musik Keras


Pilihan Superman Is Dead (SID) berpaling ke mayor label beberapa tahun lalu sempat membuat para penggemarnya berang. Band asal Pulau Dewata itu pun dituduh berkhianat dari ideologi punk yang antilabel.

Tapi, semua tuduhan itu dijawab dengan suguhan musik cadas ditambah lirik bernuansa pembangkangan. Hasilnya, penggemar kembali memujanya.

Pada awal-awal 2003, berbagai tuduhan seperti pelacur atau pengkhianat musik demi uang dari penggemar musik punk sempat mampir ke band yang digawangi tiga personil ini ketika berlabuh ke Sony Music Indonesia.

"Waktu manggung kita juga pernah dilempari air kencing atau bambu. Padahal kalau di luar, tidak pernah sampai seperti itu," kata Bobby Kool kepada Tempo di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (29/10).

Tapi SID tidak patah arang. Berbagai tuduhan itu lalu dijawab dengan tetap mempertahankan warna musik keras serta mengedepankan lirik yang menyuarakan suara perlawanan dari album ke album.

"Kita tetap mempertahankan tempo meski di album terakhir ada pelambatan. Kita juga tetap mengusung lirik antifasisme di Indonesia," tambah gitaris sekaligus vokalis itu.

Hasilnya, konsistensi bermusik SID pada jalur punk mendapat apresiasi kembali sampai negeri Paman Sam. Pada Juni-Juli lalu, band ini berkeliling 16 kota di Amerika menggelar konser.

"Selama satu bulan kita keliling 11 di kota-kota Amerika. Lima di antaranya kita kampanye membawa tema From Bali With Rock. Di sana sambutan besar banget," ujar pembetot bas, Eka Rock.

Dari dalam negeri sendiri, setiap kali SID naik panggung, penonton selalu berjubel. Bahkan, kata Lia Pasaribu, ketika band ini mengadakan tour ke Jogjakarta, Purworejo, Klaten, Solo dan Magelang hampir tiga minggu yang lalu jumlah penonton selalu di atas angka 30 ribu.

"Penggemar SID yang dari Medan, Surabaya, Jakarta dan lain-lain datang tanpa diundang. Mereka rela bela-belain datang dan ikut keliling tour," kata sang manajer.

Sex Pistols Gugat Perusahaan Es Krim





(foto: Ist)

LONDON - Grup band punk asal Inggris Sex Pistols menggugat perusahaan Es Krim di London yang menirukan judul lagu yang memomulerkan mereka, God Save The Queen menjadi God Save The Cream.

Marketing perusahaan Es Krim mengatakan bahwa mengaku menggunakan ide tersebut untuk memperkenalkan brand es krim mereka ke masyarakat, sebagaimana dikutip okezone dari Hollyscoop, Senin (19/10/2009).

Dalam kesempatan itu, mereka menggunakan desain artis punk Jamie Reid dan menambahkan taglinenya, yaitu God Save The Cream.

"Kita sangat tercengang grup band yang telah membangun reputasi tagline tersebut melarang dan mencoba untuk melarang salah satu dari produk es krim kami," kata pendiri perusahaan es krim tersebut, Matt O'Connor.

Dalam iklan tersebut, tergambar seorang ratu dengan background bendera Inggris dengan sendok es krim di mulutnya.

Kuasa hukum grup band ini pun melayangkan gugatan dan meminta perusahaan es krim tersebut berhenti memomulerkan produk es krim mereka dengan pengaruh band Sex Pistols.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar